Senin, 22 Juli 2024

Lokakarya Outcome Based Education

 


Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., MM, membuka kegiatan Loka Karya Pembelajaran Berbasis Outcome dan Berorientasi Komunitas Program Kompetisi Kampus Merdeka di Ruang Pertemuan Gedung Rektorat, Selasa, 23 Juli 2024.

Kegiatan diselenggarakan Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati Bandar Lampung. Hadir sebagai narasumber Prof. Dr. Een Yayah Haenilah, M.Pd dan Monica Eviandaru Madyaningrum, PhD.

Dalam sambutannya, Rektor Achmad Farich menekankan pentingnya pembelajaran berbasis outcome (OBE) di era digital ini untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja. “Saat ini, perkembangan dunia menuntut kompetensi mahasiswa tidak hanya terpaku pada kemampuan utama atau konvensional, tetapi juga harus memiliki keahlian lainnya. Lulusan yang tidak siap akan tergilas oleh persaingan dunia kerja,” ujarnya.

Rektor Achmad Farich juga menyoroti perlunya fleksibilitas dalam proses belajar mengajar agar lulusan dapat beradaptasi dengan kebutuhan dunia kerja yang dinamis. “Jika kebutuhan kerjanya adalah influencer, maka mahasiswa juga harus menguasai bidang ini. Banyak soft skill yang belum dikuasai sedangkan hard skill yang dimiliki tidak dapat diaplikasikan di sebagian bidang kerja,” tambahnya.

Kegiatan ini diikuti oleh para dekan, kepala program studi, dan dosen di lingkungan Universitas Malahayati Bandar Lampung. Rektor berharap, materi yang disampaikan oleh para narasumber dapat menjadi pencerahan bagi para peserta.

Pembelajaran Berbasis Outcome adalah sistem pendidikan yang menitikberatkan pada pencapaian hasil akhir, di mana fokusnya tidak hanya pada materi yang harus diselesaikan, tetapi juga pada keterampilan yang relevan untuk menghadapi dunia kerja. 

Rabu, 17 Juli 2024

Pembina Yayasan Altek DR (HC) H. Rusli Bintang Menerima Penghargaan Ikon Pancasila

 


Pendiri Yayasan Alih Teknologi, Rusli Bintang, menerima Penganugerahan sebagai Ikon Prestasi Pancasila Tahun 2024 Kategori Sains dan Teknologi di Balai Sarbini, DKI Jakarta, Selasa (9/7/2024). Penghargaan ini diberikan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Direktorat Jaringan dan Pembudayaan Republik Indonesia.

Penghargaan ini diberikan kepada individu dan komunitas yang memiliki rekam jejak baik, prestasi, dan karya inovasi yang inspiratif. Mereka yang diakui oleh masyarakat, negara, dan/atau internasional, serta mengharumkan nama bangsa dan negara layak mendapatkan penghargaan ini.

Dr. Achmad Farich, dr., M.M., selaku Rektor Universitas Malahayati di bawah naungan Yayasan Alih Teknologi, menyampaikan selamat atas diraihnya penghargaan ini.

“Ini merupakan kebanggaan bagi kami semua dan bukti bahwa dedikasi Pak Rusli Bintang terhadap pengembangan teknologi dan pendidikan di Indonesia mendapat pengakuan yang sangat layak,” ujarnya.

Rusli Bintang lahir di gampong Lam Asan, Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar pada 28 April 1950, merupakan Putra sulung pasangan Bintang Amin dan Halimah.

Dalam perjalan hidupnya, Rusli Bintang pernah menjadi pengusaha warung kopi, buruh harian, buruh angkat pasir, penjaga gudang, mandor, hingga pada 1976 Rusli memutuskan menjadi wiraswastawan sebagai pemborong (kontraktor kecil-kecilan) di Banda Aceh membawa dirinya menuju kesuksesan.

Pada tahun 1980, ia bertemu dengan Profesor Ali Hasjmy, Gubernur Aceh periode 1957-1964 yang kala itu menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh pada tahun 1983. Hasil pertemuan itulah, Rusli Bintang mendirikan yayasan Abulyatama yang berarti ‘bapak anak yatim’.

Sebagai badan pendiri dan komisaris umum yayasan Abulyatama yang disahkan dalam bentuk akta notaris pada 31 Mei 1983 dan disempurnakan 18 Juli 1983. Rusli Bintang mempercayakan Profesor Ali Hasjmy menjadi ketua yasasan dan Joni Makmur sebagai sekretaris yayasan.

Yasayan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya sekolah dasar, sekolah menegah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi yang bernama Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Abulyatama yang saat ini telah ditingkatkan statusnya menjadi Universitas Abulyatama. STKIP Abulyatama pada saat itu menjadi perguruan tinggi swasta pertama di Aceh mendampingi dua perguruan tinggi negeri, yakni Universitas Syiah Kuala dan IAIN Ar-Raniry.

Untuk terus mengembangkan mimpinya, pada 1993, Rusli Bintang Hijrah ke Lampung dan mendirikan Yayasan Alih Teknologi (Altek) Bandar Lampung. Maka lahirlah Universitas Malahayati Bandar Lampung pada Jumat, 27 Agustus 1993 dan di sahkan melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.02/D/0/1994 pada tanggal 28 Januari 1994. Tanggal inilah yang menjadi hari jadi berdirinya (Diesnatalis) Universitas Malahayati yang diperingati setiap tahunnya.

Rusli Bintang terus mengembangkan kiprahnya di dunia pendidikan, dengan mendirikan Universitas Batam pada tahun 2000 berdasarkan akta notaris 4 Mei 2000 melalui badan hukum Yayasan Griya Husada. Pada 2014, Rusli melanjutkan mendirikan Institut Kesehatan Indonesia (IKI) Jakarta pada 12 Agustus 2014 melalui Yayasan Nusa Bhakti Husada. Berkat Kiprahnya, tahun 2014 ia mendapat penghargaan sebagai tokoh pendidikan dari Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau.

Tak sampai di situ, Rusli Bintang lalu mendirikan Universitas Kartamulia, di bawah naungan Yayasan Griya Gemintang Husada Sejahtera yang disahkan berdasarkan SK Menristekdikti Nomor 1041/KPT/I/2019, pada 18 Oktober 2019.


Workshop Penyusunan Buku

 


Universitas Malahayati Bandar Lampung bersama Penerbit Erlangga mengadakan workshop penyusunan buku di gedung rektorat Universitas Malahayati, Kamis, 18 Juli 2024.

Acara ini menghadirkan Rizal Pahlevi Hilabi, Chief Editor Buku Perguruan Tinggi Penerbit Erlangga, sebagai narasumber dan diikuti 40 dosen dari 20 program studi Universitas Malahayati.

Workshop dibuka Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., M.M. Dalam sambutannya, Rektor Achmad Farich menyatakan pentingnya menulis buku bagi para dosen. Dalam mengajar, tentunya dosen harus memiliki buku sebagai panduan. Maka dari itu, sangat diharapkan para dosen bisa menulis buku sendiri

“Semoga acara ini dapat membangkitkan semangat para dosen untuk menulis buku,” ucapnya.

Menurut rektor, menulis buku ini bukanlah hal yang mudah sehingga butuh kemauan yang kuat.

“Walaupun saat ini sudah ada Artificial intelligence (AI) yang bisa membantu dalam mempermudah penulisan buku, namun jika berkaitan dengan karya ilmiah tidak bisa menjadi acuan karena butuh pemahaman yang mendalam dari si penulis.

Rektor juga berharap kehadiran Penerbit Erlangga dapat menambah wawasan para dosen dalam penulisan buku. “Semoga pengetahuan hari ini dapat di-share kepada dosen-dosen yang tidak hadir,” tambahnya